HelpNona Writing Contest: Mengapa Kamu tak Boleh Izinkan Dirimu Patah Hati

Juli 02, 2016 Agatha Ega 0 Comments


Patah hati tidak seperti berlatih naik sepeda, yang walaupun menimbulkan luka di lengan atau lututmu tapi ia memberimu candu, membuatmu mencuri waktu tiap pulang sekolah untuk kembali belajar. Ibumu akan menggelang-gelengkan kepala menyalahkan ayahmu yang terlalu dini membelikanmu sepeda. Tapi toh ayah tak akan menyesal, karena melihatmu jatuh dan bangun belajar sepeda dan melatihmu mengayuh adalah kebahagian kecil baginya. Tapi premis ini, sekali lagi tak sama dengan patah hati.

Source: modernhepburn.tumblr.com

Patah hati hanya membuang-membuang waktu. Lukanya tak bisa dibanggakan seperti luka belajar naik sepeda, dan tak ada yang ikut berbahagia dalam prosesi berpatah hatimu. Ayah dan ibu cemas melihatmu hanya mengurung diri di dalam kamar karena patah hati. Dan ketika saatnya kamu ingin pergi ke luar rumah kamu justru memilih terperangkap di club atau tempat hiburan lainnya, berharap di sana kamu bisa menggadaikan segala kenangan pahit itu. Kamu tahu kamu salah tempat, tapi kamu juga tahu, pegadaian mana yang mau menerima kenangan tentang mantan kekasih yang kamu sendiri sudah tidak memegang kartu garansinya. 

Celakanya teman-temanmu juga muak. Sesekali mereka memelukmu, memberikan sedikit saran dan motivasi, tapi kemudian jika kamu masih bersikukuh meneruskan patah hatimu, kamu akan benar-benar sendirian. Berapa banyak quotes move on di Instagram yang kamu like dan schreenshoot atau berapa tweet move on yang  kamu retweet?  Mereka yang mengikutimu di social media bahkan hanya akan merasa risih betapa timelinenya sudah seperti buku harianmu. Percayalah, patah hati membuatmu menjadi berbeda, norak, menyebalkan, dan tukang bolos. Kamu ingin bolos dari segala hal yang mengingatkanmu tentang dia. Celakanya, segalanya bisa mengingatkanmu tentang dia, karena dia masih bersarang di dalam kepalamu yang mulai kosong tak pernah lagi diisi dengan pengetahuan yang biasanya kamu dapat dari buku-buku favoritmu, dari kuliah dosen, atau dari ceramah pastur di Gereja. Kamu telah dianggap alpha oleh lingkungan sosialmu, dan kamu tak pernah menyangka kamu telah alpha dari dirimu sendiri.
Source: https://id.pinterest.com/pin/170855379592058050/

Waktu yang kamu buang-buang itu memang tidak sepenuhnya terbuang. Setidaknya ia telah berjasa membuatmu berjarak dengan masa lalu. Kamu mulai bersyukur, karena kenangan tentang dia mulai tak asik untuk diusik. Aroma tubuhnya, dialeknya ketika bercakap-cakap, dan letak tahi lalat di wajahnya kamu sudah mulai lupa. Saat kamu kegirangan mendapati dirimu telah move on, kamu baru menyadari bahwa bukan hanya masa lalu yang telah berlalu, tapi segalanya telah berlalu. Karena melupakan bukan final. Melupakan seseorang ternyata harus digadaikan dengan melupakan diri sendiri. Kamu menjadi tidak respect lagi dengan dirimu. Tubuhmu yang tak lagi indah dipandang, kantung mata yang menggantung akibat insomnia berat, mimpi-mimpi yang tertunda untuk dicapai, serta berbagai macam kesempatan yang kamu abaikan saat kamu patah hati yang tak pernah mampir lagi, itulah yang kini harus kamu hadapi. Patah hati seperti kucing kampung liar yang sudah kamu usir tapi kamu tidak menyadari ia melahirkan anak di kolong kasurmu dan kamu juga harus mengusir anak-anak kucing itu.

Source: rstyle.me

Jadi jika sekarang kamu sedang patah hati, jangan pernah izinkan itu terjadi. Jangan beri ia waktu! Ingat, rasanya tidak seperti belajar naik sepeda. Lebih baik jika kamu memang masih memiliki sepeda ambil sekarang di dalam garasi, kayuh ia menuju tempat favoritmu atau tempat yang benar-benar ingin kamu kunjungi, dan dalam perjalanan jangan pernah pikirkan orang yang telah membuatmu patah hati sedikitpun. Cukup hanya pikirkan tentang dirimu! Jadikan momen patah hati sebagai pertaruhan untukmu: untuk lebih self respect atau kalau tidak kamu akan benar-benar kehilangan dirimu sendiri. Seperti yang dilangsir dari www.helpnona.com: http://www.helpnona.com/cinta-diri.html , patah hati bisa kamu jadikan kesempatan untuk menjadi pribadi yang bebas dari tuntutan pacarmu dulu, kini kamu bisa lebih bebas untuk bereksplorasi . Dan jika kamu adalah golongan orang yang terlanjur menemukan “si anak kucing kampung” seperti perumpamaan di atas, tidak ada waktu lagi untuk menunda membereskannya. Kamu tidak perlu merawat dan mempertahankan hal-hal yang membebanimu akibat patah hati seakan itu adalah nasib yang tidak bisa diubah. Segera buang ia ke tempat yang tepat dan kembali menata hidup. Meskipun mencoba menemukan kembali dirimu yang dulu sebelum patah hati tidak mudah, setidaknya kamu tidak akan membuang waktu dengan percuma. Karena tidak ada yang percuma untuk menjadi pribadi yang bebas dari patah hati. Ayo Nona, mari #BertuturBerani untuk tidak mengizinkan dirimu patah hati!

0 komentar:

Total Tayangan Halaman